7 Film Indonesia Terbaik Tahun 2000 ke atas (versi my.mus)

Kamis, 03 Juli 2014

1. GIE (2005)
Mungkin film pertama Indonesia yang mengisahkan tokoh nyata yang tidak jatuh menjadi sekadar puja-puji, tapi berusaha menghadirkan sang tokoh dari segala sisinya. Kisah tokoh ini--meski yang tampak tokoh yang tersisihkan zaman--rasanya masih bicara pada zaman saat tokoh-tokoh terhormat dari senayan diperiksa karena korupsi, dan semangat materialisme sangat merasuki kehidupan masyarakat. Film ini bercerita mengenai sosok Soe Hok Gie (Nicholas Saputra), seorang aktifis mahasiswa sastra UI yang melihat keadaan bangsa semakin carut marut karena konflik politik pada 1965. Bahkan setelah revolusi terjadi, keadaan bangsa justru semakin kacau. Fotografi film ini juga unik, karena mencoba "menghidupkan" kembali warna film Indonesia tahun 1970an. disutradarai oleh Riri Reza, film ini berhasil meraih tiga piala citra termasuk film terbaik dari 11 nominasi pada FFI 2005.

2. Sang Penari (2011)
Sang Penari adalah film besutan sutradara Ifa Isfansyah. Bersama Salman Aristo dan Shanty Hermayn, ia membedah trilogi novel Ahmad Tohari (Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala) dan menyusunnya kembali menjadi sebuah naskah film. Dengan bijak, para pembuat film menaruh peringatan di awal film, bahwa Sang Penari sekadar “terinspirasi” oleh novel karya Ahmad Tohari. Jadi, Sang Penari bukanlah replika sinematik dari apa yang sudah Tohari tuliskan di atas  kertas. Film tersebut sebatas interpretasi para pembuat film. Bercerita mengenai kisah cinta seorang penari ronggeng di dukuh paruk, Srintil (Prisilia Nasution) dengan Rasus (Oka Antara) di tengah terjadinya tsunami sosial-politik 1965. Pada FFI 2011 film ini berhasil meraih 4 piala citra termasuk film terbaik dari 10 nominasi.

3. Nagabonar Jadi 2 (2007)
Nagabonar (Deddy Mizwar) sudah memiliki perkebunan luas kelapa sawit, sementara istri, emak, dan sahabat karibnya sudah meninggal dan dikubur di perkebunan itu juga. Suatu hari ia diminta anaknya, Bonaga (Tora Sudiro) yang lulusan S2 luar negeri dan sudah jadi pengusaha properti, untuk datang ke Jakarta. Begitu sampai di Jakarta, mulailah komedi berlangsung. Yang jadi bahan di film ini adalah membenturkan nilai-nilai lama--khususnya nasionalisme zaman 45--dengan kondisi sosial-politik-ekonomi Indonesia 2007 yang penuh kepincangan dan korupsi. Merupakan lanjutan dari film Nagabonar (1986), film yang di sutradarai Deddy Mizwar ini menjadi film komedi terbaik 10 tahun terakhir dengan mendapatkan 7 piala citra dari 11 nominasi pada FFI 2007, dan mendapat 2 penghargaan di IMA 2008.

4. Laskar Pelangi (2008)
Diangkat dari novel laris Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, film yang disutradai oleh Riri Reza ini bercerita tentang semangat 10 anak-anak miskin Balitong dalam menempuh pendidikan di sebuah sekolah yang juga miskin, meski demikian mereka dapat mengukir prestasi. Film ini menggambarkan bagaimana kontrasnhya pendidikan antara simiskin & sikaya. Film yang berstting tahun 1970an ini telah diputar di lebih dari 20 festival mancanegara, dan juga memenangkan beberapa penghargaan bergengsi dunia, meski film ini tak diikutkan FFI.

5. Ada Apa Dengan Cinta (2002)
Film tersebut merupakan karya perdana banyak talenta di bidang produksi film, termasuk Sang Sutradara, Rudi Soedjarwo. Terjualnya 2,5 juta tiket film ini di loket box office membuatnya tercatat sebagai film yang berhasil mengajak penonton muda Indonesia kembali berkunjung ke teater bioskop. Bahkan, film ini sempat dirilis di bioskop di Jepang dan Malaysia, juga ditayangkan di televisi Australia dan Perancis, sekaligus mengantarkan Rudi Soedjarwo pada piala kemenangan sebagai Sutradara Terbaik dan Dian Sastrowardoyo sebagai Aktris Utama Terbaik di ajang FFI 2004.

6 Catatan Akhir Sekolah (2005)
Masih bertemakan remaja, film ini berhasil mengangkat secara lengkap masa SMA, Catatan Akhir Sekolah disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Agni (Ramon Y. Tungka), Arian (Vino Bastian) dan Alde (Marcel Chandrawinata) adalah pelajar-pelajar SMU yang dianggap sebagai pecundang di sekolahnya. Mereka kemudian berambisi untuk membuktikan kemampuan mereka lewat sebuah film dokumenter yang mereka buat sebelum kelulusan. Film yang digarap serius ini menjadi film laris pada masanya.

7. Identitas (2009)
Indentitas tergolong film yang unik, karena digarap secara indie, dengan pembiayaan indie, tapi dipasarkan secara komersil meski tidak terlalu memuaskan dalam penjualan tiket. Adam (Tio Pakusadewo), petugas kamar mayat di sebuah rumah sakit mempertanyakan soal "identitas"nya sebagai manusia akibat masa lalu kelam ayahnya. Sejak lahir dia telah kehilangan hak hidupnya. Dia merasa hidup justru pada saat ia bersama orang-orang mati. Adam kemudian jatuh cinta pada seorang perempuan tanpa nama (Leony VH). Dia merasa menemukan jati dirinya pada sosok perempuan itu sampai akhirnya dia mempertahankan hak hidup perempuan itu dari hak kematiannya. Film yang disutradarai oleh Aria Kusumadewa ini berhasil meraih 4 penghargaan FFI 2009 termasuk film terbaik, dari 9 nominasi yang didapatkan.

0 komentar:

 
Diberdayakan oleh Blogger.

postingan

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

------author------

yang ngikut

translite bahasa

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

© 2010 my.mus movie blogger Design by my.mus Artcybers
In Collaboration with moesleamSlimstationslee mind coll