Akhir itu kian dekat. Tepat ketika episode terakhir perseteruan antara penyihir belia Harry Potter dengan si Penguasa Kegelapan tayang di London Kamis lalu, lisensi Potter bernilai miliaran poundsterling di seluruh penjuru bumi diperkirakan mengendur kadarnya.
Seperti ditulis oleh laman The Independent, film "Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2" merupakan puncak dari perjalanan Pottermania, julukan bagi para penggemar berat Harry Potter, yang selama 14 tahun belakangan mengguncang dunia sejak buku pertama JK Rowling, "Harry Potter and the Philosopher's Stone" diterbitkan pada 1997. Namun, di Inggris, sihir Harry Potter masih dirasakan hadir: tujuh buku dan delapan filmnya telah mengubah wajah penerbitan dan industri film di negeri itu.
Ketujuh film yang telah menghiasi layar bioskop berhasil mengeruk pendapatan senilai lebih dari £3,6 miliar dari seluruh dunia. Terlebih, kedelapan film Harry Potter diproduksi di Inggris. Seperti ditulis oleh laman The Independent, film "Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2" merupakan puncak dari perjalanan Pottermania, julukan bagi para penggemar berat Harry Potter, yang selama 14 tahun belakangan mengguncang dunia sejak buku pertama JK Rowling, "Harry Potter and the Philosopher's Stone" diterbitkan pada 1997. Namun, di Inggris, sihir Harry Potter masih dirasakan hadir: tujuh buku dan delapan filmnya telah mengubah wajah penerbitan dan industri film di negeri itu.
Adrian Wootton, Direktur Eksekutif Komisi Film Inggris, mengatakan industri film Inggris "menjadi lebih kuat karena Harry Potter." Lisensi brand Harry Potter tak hanya berujung pada masih dipekerjakannya ribuan orang di tengah krisis, namun memungkinkan investasi dan pengembangan infrastruktur serta menciptakan tenaga kerja sangat terlatih.
Tapi, tentu saja sihir Harry Potter bermula di jalur penerbitan. Menurut survei Nielsen BookScan, penjualan buku menghasilkan £225 juta. Itu tak buruk, mengingat naskah awal tentang kisah Potter ditolak oleh banyak penerbit sebelum akhirnya diambil oleh Bloomsbury pada 1996.
Jon Howells, juru bicara toko buku Waterstone's, mengatakan kepada The Independent bahwa kisah sukses Harry Potter mendorong banyak penerbit "menganggap serius buku anak sebagai kategori yang mampu menjual berjilid-jilid karya."
0 komentar:
Posting Komentar