Majelis Ulama Indonesia (MUI) sepertinya tak mau dipersalahkan dengan lolosnya film-film berbau seks dari tangan Lembaga Sensor Film (LSF). Oleh karena itu MUI berniat menarik perwakilannya dari LSF.
"Memang perwakilan MUI ada di LSF. Selama ini sistem di dalam LSF yang membuat kita tidak efektif di LSF. Buktinya, banyak film esek-esek yang lolos sensor. Makanya kita mau tarik saja perwakilan MUI di LSF. Supaya kita tidak ikut dipersalahkan," tutur Ketua Bidang Seni dan Budaya MUI, KH A Cholil Ridwan, saat ditemui di Menara 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Rabu (13/4/2011) malam.
Menurut Cholil, rencana penarikan diri MUI dari LSF sebenarnya sudah dibicarakan sejak lama. Apalagi, semakin ke sini kian banyak film berisi adegan vulgar dan porno yang luput dari sensor LSF."Memang perwakilan MUI ada di LSF. Selama ini sistem di dalam LSF yang membuat kita tidak efektif di LSF. Buktinya, banyak film esek-esek yang lolos sensor. Makanya kita mau tarik saja perwakilan MUI di LSF. Supaya kita tidak ikut dipersalahkan," tutur Ketua Bidang Seni dan Budaya MUI, KH A Cholil Ridwan, saat ditemui di Menara 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Rabu (13/4/2011) malam.
"Kita sudah lama ingin tarik Zainud Tauhid, namanya. Dia anggota DPR, makanya sibuk sekali. Dia sudah dua tahun di LSF, tapi orangnya kurang aktif. Soalnya, dia juga sibuk di DPR. Jadi tidak sempat menonton film-film dan menyensornya," aku dia.
Meski keluar dari LSF, MUI tetap akan berperan serta dalam memajukan kualitas perfilman Indonesia. Kata Cholil, MUI siap dimintai pendapatnya oleh LSF jika dirasa perlu.
"Sebetulnya, LSF yang punya wewenang. LSF yang berhak mengatakan film ini boleh beredar atau tidak. Paling nanti MUI siap dimintai pendapatnya tanpa harus berada di LSF," tukasnya.(ang)
sumber
0 komentar:
Posting Komentar